Laman

Minggu, 20 Juni 2010

NIKMAT SEBAGAI RASA YANG TERBATAS

Menurut pendapat Si Mbah, nikmat hanya muncul pada nurani/akal/ruh/hati yang dalam kebebasan merasakannya bersifat ekliktik (ada otonomi khusus). Namun demikian, apapun alternatif yang dipilih manusia dalam merespon nikmat yang diberikan Tuhan dia selalu disaksikan oleh-Nya, baik dalam bentuk bimbingan maupun dalam bentuk lainnya.

Mengapa nikmat adalah nikmat ruhani. Karena semua rasa nikmat yang dapat dirasakan manusia di alam manusia (dunia) ini, baik jasmani maupun ruhani hanya dapat dirasakan ketika jasad masih ditempati roh atau masih hidup. Contoh konkritnya adalah seseorang tidak dapat merasakan nikmatnya rokok atau bakso berikut sambalnya jika jasad sudah ditinggalkan ruhnya (yang menuju alamnya/mati).


Si Mbah juga berpesan bahwa menurut agama, nikmat iman dan islam adalah nikmat terbesar dan tertinggi: semakin merasakan kedekatan dengan-Nya semakin lengkap dan sempurna nikmat yang dirasakan seseorang. Artinya, aktivitas, rasa enak dan tidak enak, pahit, sedih, ketakutan, dan seterusnya akan menjadi atau berbuah nikmat jika keimanan dalam bentuk rasa syukur atau lainnya yang dimiliki seseorang telah mampu menjadi wasilah/perantara bagi sempurnanya (standar) nikmat ruhani seseorang.

Disamping itu, karena manusia adalah makhluk yang lemah/terbatas dan masih hidup di dunia maka tentu saja ada keterbatasan dalam merasakan nikmat dan ada rasa tidak nikmat dalam nikmat yang kita rasakan karena keterbatasan tersebut.


Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Pengikut